7 Tips Menjalankan Usaha Produk Herbal, Intip Peluangnya Di Sini – Di tengah pandemi, salah satu jenis usaha yang cukup laris adalah produk herbal.
Dulu, jenis usaha ini tidaklah terlalu populer.
Soalnya, nih, masyarakat lebih menyukai makanan pedas atau pun minuman manis, sehingga minuman sehat atau produk herbal lainnya tidaklah terlalu diminati.
Kini, di tengah pandemi yang tidak juga kunjung reda, situasi berubah cukup drastis.
Masyarakat jadi lebih rajin mengonsumsi produk herbal demi meningkatkan daya tahan tubuh.
Ini berimbas kepada omzet pengusaha herbal, yaitu mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Seperti yang dilansir dari Liputan 6, Siti Maryam, pengusaha asal Lampung yang menjual rempah minuman jahe, temulawak, dan kunyit dengan nama Vista Jateku, mengungkapkan kalau omzet penjualannya tahun ini naik hingga 50%.
Begitu juga dengan usaha produk rempah jahe merah Gendis Ayu Jahe yang dijalankan Ponco Eriyanto.
Sejak adanya pandemi, omzetnya mengalami kenaikan 100%.
Bagi kamu yang tertarik membuka usaha, maka produk herbal bisa dijadikan pilihan.
Apalagi, situasi masih belum menentu karena pandemi.
Ditambah lagi, kini makin banyak masyarakat yang sadar dan peduli untuk mempraktikkan pola hidup sehat sehingga sebagian dari mereka diprediksi akan tetap mengonsumsi produk herbal.
Jika kamu tertarik menjalankan bisnis ini, beberapa hal berikut harus diperhatikan agar bisnis berjalan sukses.
Daftar Isi
1. Memahami bahan baku
Sebelum menjual suatu produk, kamu harus lebih dulu memahami bahan baku yang akan digunakan—baik dari manfaatnya, dosis, hingga efek sampingnya.
Jangan ragu untuk cari referensi dari berbagai pihak, baik dari hasil riset maupun konsultasi dengan pakar kesehatan.
Produk kamu harus aman dikonsumsi karena akan diperjualbelikan kepada masyarakat luas.
Setelah melakukan riset, akan lebih baik jika kamu mengonsumsinya sehingga kamu bisa mendapatkan pengalaman secara langsung sebelum memasarkannya ke orang lain.
Siti Maryam, misalnya, memproduksi Vista Jateku karena awalnya bertujuan untuk menjaga daya tahan tubuh suami yang saat itu menderita hepatitis B.
Terbukti efektif, ia pun memasarkan produk itu kepada orang lain.
Baca juga: 6 Langkah Mengatur Inventory Agar Bisnis Berjalan Lancar
2. Fokus pada satu jenis produk
Di awal bisnis, lebih baik kamu fokus pada satu jenis produk yang ingin dijual.
Apakah kamu mau menjual makanan, minuman jamu, madu, atau justru produk herbal yang bisa dipakai seperti sabun maupun sampo?
Lagi-lagi, kamu perlu riset untuk mencari tahu produk apa yang paling dibutuhkan masyarakat saat ini.
Baca juga: 4 Tips Sukses Usaha Makanan Siap Masak Bagi Pemula
3. Pertimbangkan proses produksi
Untuk membuat suatu produk, tentulah kamu harus melalui proses produksi.
Oleh karena itu, kamu harus memutuskan apakah kamu akan memproduksi produk sendiri atau minta bantuan dari pihak lain.
Dalam mengembangkan Gendis Ayu Jahe, Ponco memberdayakan petani di sekitar rumahnya dengan menanam jahe merah sendiri.
Kisah Ponco bisa dijadikan contoh, terutama jika kamu memiliki pekarangan sendiri untuk bercocok tanam bahan baku.
Baca juga: 6 Langkah Mengatur Inventory Agar Bisnis Berjalan Lancar
4. Perhitungkan modal
Setelah memiliki konsep bisnis termasuk jenis produk yang mau dijual, kamu bisa mulai memperhitungkan modal.
Ini tentulah harus mencakup bahan baku, biaya produksi, hingga gaji karyawan.
Jika memutuskan untuk berdagang secara offline, kamu harus memperhitungkan biaya sewa, etalase, hingga peralatan pendukung lainnya.
Namun untuk hemat biaya, lebih baik memanfaatkan ruang di rumah.
Modal ternyata belum mencukupi untuk menjalankan usaha herbal?
Jangan khawatir, kamu bisa mendapatkan pinjaman modal usaha mulai dari Rp5 juta hingga Rp2 miliar melalui KoinBisnis dari KoinWorks.
Bunga per bulannya rendah lho, yaitu mulai dari 0,75%!
Segera akses melalui aplikasi smartphone di sini!
5. Kemas secara professional
Kemasan berperan penting dalam menentukan kepuasan pelanggan.
Jika konsumen menerima produk dalam keadaan berantakan akibat kemasan yang buruk, mereka akan kecewa dan tidak tertarik untuk membeli lagi.
Oleh karena itu, pastikan produk dikemas serapi, semenarik, dan seaman mungkin—terutama untuk pengiriman ke luar kota.
Di kotak kemasan, pastikan kamu tidak hanya mencantumkan nama produk, tapi juga komposisi, khasiat, dan efek samping produk—jika ada.
6. Izin usaha produk
Konsumen tidak ingin membeli kucing dalam karung.
Ketika hendak membeli suatu produk, mereka tentulah ingin tahu legalitas produk tersebut.
Ketika menciptakan suatu produk, pastikan kamu menyertakan nomor registrasi perizinan—yang tidak hanya berguna bagi konsumen tapi juga usaha kamu agar tercegah dari pemalsuan.
Kamu bisa berkonsultasi dengan BPOM untuk jenis izin edar, apakah berupa PIRT (pangan industri rumah tangga), MD (makanan dalam), dan sebagainya.
Baca juga: Begini Cara Membuat Surat Izin Usaha Mikro Kecil
7. Maksimalkan promosi
Agar produk kamu dikenal luas, tentulah kamu harus melakukan sejumlah promosi.
Hal ini bisa dilakukan secara offline, misalnya memberikan tester kepada tetangga atau orang-orang terdekat.
Selain itu, kamu juga bisa memanfaatkan media sosial.
Bikin akun khusus produk kamu agar konsumen bisa lebih tahu tentang produk yang dijual sekaligus membelinya.
Jika ada waktu dan dana lebih, buatlah website—selain berupa foto produk juga bisa sebagai sarana jual beli.
Marketplace juga merupakan platform pas untuk memasarkan produk karena orang-orang dari berbagai area mencari produk di situ.
Cara lain yang juga bisa kamu tempuh adalah bergabung dengan #LokalSupportLokal, platform website dari Koinworks yang membantu memasarkan produk pelaku usaha dengan memanfaatkan semua aset media sosial media Koinworks.
Kamu tidak perlu mengeluarkan biaya apa pun alias gratis!
Segera kunjungi https://lokalsupportlokal.id/ agar usaha kamu bisa menjangkau lebih banyak konsumen dan meraih keuntungan.
Untuk bisa mengajukan pinjaman di KoinBisnis, usia usaha Anda harus minimal 2 tahun atau 6 bulan jika Anda memiliki toko online. Kami mohon maaf sebelumnya.
Setelah melakukan penilaian, kami mohon maaf untuk saat ini belum bisa menerima pengajuan pinjaman Anda. Hal ini dikarenakan, kami menemukan pengeluaran Anda ditambah dengan cicilan, lebih besar dibandingkan pendapatan.