Social entrepreneur adalah agen perubahan yang mampu menerapkan konsep memodifikasi dan meningkatkan nilai-nilai masyarakat serta menciptakan berbagai kemungkinan untuk menciptakan perbaikan. Di Indonesia sendiri, banyak tokoh social entrepreneur yang membantu perekonomian masyarakat.
Terlepas dari tantangan atau kendala yang dia hadapi, social entrepreneur terus-menerus terlibat dalam proses inovasi, adaptasi, dan pembelajaran. Selain itu, mereka harus bertanggung jawab kepada masyarakat atas karya yang mereka hasilkan.
Deretan Tokoh Social Entrepreneur di Indonesia
Beberapa orang yang di bawah ini terinspirasi untuk menjalankan bisnis yang memiliki tujuan lebih luas dari sekedar menghasilkan keuntungan. Namun juga cenderung berusaha membantu mereka yang membutuhkan di lingkungan terdekat.
Meskipun mereka memiliki latar pendidikan yang berbeda, mereka memiliki keinginan yang sama untuk membantu orang lain dan memajukan negara. Berikut ini adalah tokoh social entrepreneur yang bisa menjadi inspirasi kamu, antara lain:
1. Muhammad Abdul Karim

Tokoh social entrepreneur pertama adalah Abdul Karim yang berasal dari Tasikmalaya. Sejak duduk di bangku kuliah, Abdul Karim sudah memikirkan bagaimana menjadi seorang wirausahawan. Usaha bisnisnya dimulai dengan berjualan donat dan nasi kuning, meski tidak setiap hari dagangannya laris manis.
Sisa dagangan itu sering dia berikan ke panti asuhan. Dari situ, ia merasakan kepuasan tersendiri dalam berjualan dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Sebagai Direktur Eksekutif Sahabat Pulau, sebuah kelompok yang ia dirikan yang menekankan kesukarelaan dan pengembangan masyarakat. Karim kini terkenal karena keterlibatannya dalam komunitas.
Kegiatan Sahabat Pulau telah merambah ke seluruh Indonesia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendidikan bagi pemuda dan anak-anak di Indonesia sekaligus memberdayakan perempuan pesisir.
2. Tarjono Slamet
Sumber: Ipoed Kaki Palsu
Pada tahun 1990, Tarjono harus diamputasi kaki kirinya karena kerusakan saraf, dan 10 jarinya juga tidak bisa bergerak. Tentu saja, Tarjono mengalami depresi, dan butuh waktu lama untuk mengatasinya.
Tarjono mencari cara untuk berhubungan dengan teman-teman yang difabel agar mereka bisa bangkit dan mandiri hingga akhirnya dia bisa berdiri dan menata kembali hidupnya.
Untuk mempelajari cara memproduksi mainan kayu, Tarjono sempat mendapatkan bantuan lengkap dari Pusat Rehabilitasi Yayasan Kristen Kesehatan Masyarakat (Yakkum) Yogyakarta.
Untuk mempelajari cara membuat kerajinan kayu, Tarjono mengunjungi berbagai negara, antara lain Australia, Selandia Baru, dan Belanda. Selain itu, Tarjono sekarang dapat mengiklankan barang-barangnya sebagai hasil dari karyanya.
Yayasan Penyandang Cacat Independen didirikan olehnya dan menjadikan dirinya sebagai tokoh social entrepreneur. Di perusahaannya, banyak karyawannya adalah penyandang disabilitas.
3. Agis Nur Aulia
Salah satu tokoh social entrepreneur lainnya adalah Agis Nur Aulia. Agis, sarjana cum laude dari UGM, bukanlah salah satu dari banyak anak muda yang ragu-ragu untuk memasuki industri pertanian karena dianggap tidak menjanjikan.
Ia menginspirasi anak-anak muda lainnya untuk terjun ke dunia pertanian karena dia benar-benar serius menggarap pertanian.
Agis terinspirasi untuk memulai usaha peternakan sapi perah, kambing etawa, dan domba dengan cita-citanya membantu masyarakat mencapai swasembada pangan. Banyak petani yang belajar di Jawara Banten Farm berkat konsep pertanian dan peternakan yang dipeloporinya.
Para petani yang setiap bulannya datang dari berbagai daerah, termasuk Aceh, Yogyakarta, Jawa Barat, bahkan NTT. Sebagian besar dari mereka ingin meniru strategi bertani yang dibuat oleh Jawara Banten Farm.
4. Masril Koto
Sumber: Liputan6
Masril Koto menyadari bahwa kekurangan modal merupakan masalah yang sering dialami oleh banyak petani Indonesia. Ia merupakan seorang petani yang hanya tamatan SD.
Masril mendirikan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Prima Tani (LKMA) di lingkungannya di Koto Tinggi, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada 2007.
Masril mengemban misi untuk membantu para petani, khususnya yang tinggal di wilayah tempat tinggalnya. Ia menawarkan berbagai program tabungan, antara lain untuk persiapan melahirkan, membayar pajak motor, dan menabung untuk pendidikan anak.
Ia menjadi tokoh social entrepreneur dengan tujuan tidak ingin petani dimanfaatkan dan menerima upah yang kecil.
5. Dea Valencia
Sumber: IDNTimes
Tokoh social entrepreneur berikutnya adalah Dea Valencia. Dea adalah lulusan Universitas Multimedia Nusantara Tangerang dan sudah lama ingin bisa memperkenalkan batik ke pasar luar.
Dea tidak sendiri. Ia mengajak kaum difabel untuk bekerja sama karena dia peduli dengan difabel. Karyawan perusahaan ini, yang sebagian besar adalah penyandang disabilitas, membantu dan mendukung penuh usaha Dea.
Batik Kultur Dea meraih kesuksesan tidak hanya di negaranya sendiri tetapi juga di banyak negara lain, termasuk Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Belanda, dan Jerman. Industri batik milik Dea berpotensi menghasilkan pendapatan hingga miliaran rupiah.
6. Mesty Ariotedjo
Sumber: IDNTimes
Mesty mungkin dikenal banyak dari kamu sebagai pemain harpa yang memukau. Tidak hanya itu. Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini sangat tertarik dengan isu-isu kesehatan, khususnya di daerah-daerah terpencil di Indonesia yang masih kurang diperhatikan oleh pemerintah.
Wecare.id didirikan oleh Mesty bersama dengan beberapa rekan kerjanya untuk mengatasi masalah ini. Wecare.id adalah situs web yang menghimpun donasi untuk masyarakat kurang mampu di pedesaan yang membutuhkan akses ke layanan medis seperti tes, perawatan, dan biaya kontrol.
Upaya amal ini telah membantu banyak pasien dan menjadikannya seorang tokoh social entrepreneur yang Indonesia miliki.
7. Gamal Albinsaid
Sumber: Merdeka.com
Gamal Albinsaid adalah tokoh social entrepreneur asal Indonesia selanjutnya. Berawal dari dirinya menyaksikan secara pribadi bagaimana seorang anak bernama Khaerunissa meninggal di gerobak sampah ayahnya setelah tidak dapat menerima perawatan medis.
Gamal meluncurkan perusahaan bernama Klinik Asuransi Sampah untuk mengatasi masalah ini. Kehadiran perusahaan ini diharapkan dapat memberikan wadah bagi masyarakat kurang mampu untuk mengakses fasilitas kesehatan melalui sampah.
8. Azalea Ayuningtyas
Ibu dan anak di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), selalu menghadapi krisis gizi buruk. Gizi buruk merupakan masalah di daerah yang mempengaruhi 50 persen ibu dan sekitar 45 persen anak.
Ayu, lulusan Harvard University dari Amerika Serikat, mendirikan social entrepreneurship di Flores dengan bantuan enam orang lainnya. Ayu dan teman-temannya bekerja sama untuk mendorong ibu-ibu dan perempuan di 15 desa Flores untuk membuat lebih banyak kerajinan tangan lewat Du’Anyam.
Gaya kerajinan ini menggunakan anyaman daun lontar untuk membuat barang-barang seperti dompet, sepatu, souvenir, dan barang kerajinan tangan lainnya.
Pada tahun 2018, ada 12 hotel di Bali yang bermitra dengannya. Selain itu, Du’Anyam mempercayakan sejumlah pusat perbelanjaan untuk menjual kerajinannya tersebut, termasuk Pacific Place dan Grand Indonesia.
Tertarik Menjadi Tokoh Social Entrepreneur di Indonesia Juga?
Itulah beberapa tokoh social entrepreneur yang membantu mensejahterakan masyarakat Indonesia. Social entrepreneur lebih memperhatikan isu-isu sosial yang terjadi di lingkungan sekitar beserta dampak positifnya, selain memikirkan keuntungan semata dalam bisnis yang mereka pelopori tersebut.
Tidak semua orang yang memiliki jalur kewirausahaan menjadi social entrepreneur. Namun, tidak berarti bahwa ide bisnis ini tidak dapat Anda praktikkan.
Sudah banyak social entrepreneur baik dari dalam maupun luar negeri yang sukses dengan konsepnya. Konsistensi dan memanfaatkan peluang yang tersedia adalah faktor kesuksesan tersebut.
Temukan inspirasi lainnya seputar tips bisnis hanya di lokalsupportlokal.id
Untuk bisa mengajukan pinjaman di KoinBisnis, usia usaha Anda harus minimal 2 tahun atau 6 bulan jika Anda memiliki toko online. Kami mohon maaf sebelumnya.
Setelah melakukan penilaian, kami mohon maaf untuk saat ini belum bisa menerima pengajuan pinjaman Anda. Hal ini dikarenakan, kami menemukan pengeluaran Anda ditambah dengan cicilan, lebih besar dibandingkan pendapatan.