Menentukan harga jual suatu produk terkesan sepele dan mudah.
Pada kenyataannya, banyak pebisnis pemula yang bingung ketika melakukannya.
Jika salah menentukan, nantinya bisnis kamu yang akan terkena dampaknya.
Harga terlalu mahal dapat membuat konsumen pindah haluan ke pesaing.
Namun jika memberi harga super murah, bisnis pun berpontensi merugi.
Intinya, dua-duanya berisiko.
Sebelum menentukan harga jual, faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan.
Pertimbangkan Faktor-Faktor Ini Dahulu
1. Konsumen
Langkah pertama adalah membuat profil dari calon konsumenmu.
Apakah target kamu adalah anak sekolahan, pekerja kantoran, atau ibu rumah tangga?
Apa yang dibutuhkan mereka dan apa ekspektasi mereka terhadap suatu produk?
Mampukah mereka membeli produk kamu?
Dengan adanya riset dan pemahaman tentang mereka, nantinya kamu akan lebih mudah dalam menentukan harga jual produk.
Baca Juga: Ini Cara Mencatat Buku Kas Harian Paling Praktis
2. Belajar dari kompetitor
Cari informasi mengenai para pesaing—mulai dari jumlah produk yang mereka jual per harinya hingga harga yang ditawarkan.
Dengan begitu kamu jadi tahu kekurangan dan kelebihan kompetitor—plus belajar dari mereka agar usaha kamu bisa menjadi lebih baik.
Misalnya, pesaing kamu menjual produk secara bundling dan tidak melayani pembelian eceran.
Maka kamu pun dapat memanfaatkan ini dengan membuka peluang bagi konsumen untuk membeli satuan.
3. Realistis terhadap modal
Ini tidak hanya berlaku untuk modal berbentuk uang, tapi juga modal dari segi tenaga kerja dan peralatan yang ada.
Jika kamu hanya punya satu pegawai, misalnya, maka kamu harus memasukkan gajinya sebagai biaya tetap.
Apa itu biaya tetap?
Biaya tetap adalah biaya yang cenderung konstan dan harga tidak berubah—baik di situasi sulit maupun tidak.
Misalnya, bulan ini kamu menjual 10 pakaian sedangkan bulan lalu terjual jauh lebih banyak yaitu 50 helai.
Di dua bulan yang berbeda ini, nominal gaji karyawan tidaklah berubah alias tidak terpengaruh terhadap jumlah barang yang dijual.
Sementara itu, biaya variabel merupakan biaya yang selalu berubah alias tergantung volume bisnis.
Semakin banyak kamu memproduksi suatu pakaian, misalnya, maka kamu akan membutuhkan lebih banyak kain sehingga modal yang dibutuhkan pun bertambah.
Atas pertimbangan inilah kamu dapat melihat risiko yang kemungkinan muncul akibat ‘keterbatasan’ modal.
Misalnya, hanya bisa memproduksi barang dalam jumlah tertentu karena pegawai kamu cuma satu orang.
Hal ini pun dapat berakibat pada meningkatnya harga jual suatu bisnis.
Baca juga: 7 Langkah Sukses Membuka Thrift Shop
Bagaimana cara menghitung harga jual?
Setelah mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka hal-hal berikut harus diperhatikan untuk menghitung harga jual.
1. Harga pokok produksi
Sebelum menghitung harga jual, pastikan dulu nilai pokok produksi suatu barang.
Caranya dengan menghitung bahan baku dalam membuat sebuah produk.
Misalnya, kamu menjalankan usaha mi ayam bakso.
Maka, hitunglah total harga mi, daging ayam, pangsit goreng, bakso, sambal yang dibutuhkan.
Jika dalam sehari target kamu adalah memproduksi 50 mangkuk mi ayam, hitung bahan baku untuk sejumlah tersebut.
Bahan baku adalah biaya variabel yang harganya bisa berubah tiap harinya—kadang turun kadang naik.
Selain bahan baku, hal yang perlu diperhitungkan adalah biaya tetap.
Biaya tetap mencakup gaji pegawai, sewa tempat, dan biaya listrik.
Lalu hitung, deh, harga pokok produksi dengan menjumlahkan biaya bahan baku dan biaya tetap.
2. Tentukan laba yang ingin didapatkan
Jumlah laba tergantung masing-masing pengusaha.
Ada pengusaha yang ingin mendapatkan laba besar, namun tidak sedikit yang mementingkan produk terjual dalam jumlah besar sehingga perhitungan laba pun diperkecil.
Yang patut diingat, pastikan kamu realistis dalam menentukan laba karena akan berpengaruh pada harga jual.
Jika laba terlalu besar, harga jual juga tentulah tinggi.
Ini tidak akan menjadi masalah jika harga jual tersebut masih dapat bersaing dengan para kompetitor.
Tapi jika ternyata harganya di atas mereka, konsumen bisa-bisa menjauh dan produkmu pun tak laku di pasaran.
3. Hitung harga jual
Harga pokok produksi sudah didapatkan, begitu juga dengan nilai laba yang diinginkan.
Maka, saatnya menentukan harga jual.
Misalnya, nih, untuk menjual 50 mangkuk mi ayam dalam sehari, biaya yang dikeluarkan adalah Rp300.000, yang terdiri atas bahan baku Rp220.000 dan biaya tetap Rp80.000.
Artinya, biaya produksi mi ayam per mangkuk adalah Rp300.000/50 = Rp6.000.
Jika kamu mengharapkan laba sebesar 50%, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Harga total: biaya produksi + laba yaitu Rp300.000 + (Rp300.000 x 50%) = Rp450.000.
Dengan begitu, harga jual per mangkuk mi ayam adalah Rp9.000 (Rp450.000 / 50).
Cara perhitungan harga jual ini disebut dengan markup pricing.
Baca juga: Cara Memutar Uang Modal Usaha Agar Bisnis Bertahan
Selain cara tersebut, kamu juga bisa menentukan harga jual produk kamu dengan perhitungan berikut.
Cara Lain Menghitung Harga Jual
1. Margin Pricing
Jika markup menggunakan persentase untuk mendapatkan keuntungan, margin pricing adalah sebaliknya.
Kamu justru menentukan dulu berapa harga jual produk yang diinginkan lalu memasukkannya ke rumus untuk melihat persentase profit yang diambil.
Lalu cek apakah harga ini terlalu tinggi atau tidak.
Untuk mi ayam, misalnya, kamu ingin menjualnya seharga Rp10.000 per mangkuk sementara modal atau total biaya produksi adalah Rp6.000.
Margin= (Harga Jual – biaya produksi)/biaya produksi.
Perhitungan margin = (10.000 – 6.000)/6.000 alias 0,66 atau 66%.
Artinya, keuntungan yang kamu dapatkan per mangkuk mi ayam adalah 66%.
Kamu pun dapat menurunkan margin jika menganggapnya terlalu besar.
Apalagi, jika kompetitor ternyata menawarkan harga yang lebih murah sementara kualitas produk tidak jauh berbeda.
Lebih baik menerapkan harga yang mampu bersaing di pasaran, kan, daripada ditinggal konsumen?
Ditambah lagi, kamu masih memperoleh profit.
2. Harga pabrik
Harga pabrik atau Manufacturer Suggested Retail Price adalah harga eceran yang sudah disetarakan oleh manufaktur kepada pelanggannya.
Tidak heran, biasanya harga ini berlaku untuk produk kendaraan bermotor maupun elektronik.
Jadi tidak berlaku untuk semua produk, ya, apalagi makanan.
Dengan adanya harga eceran yang disetarakan, kamu pun tidak perlu bingung menentukan harga jual.
Namun, artinya kamu memiliki saingan serupa sehingga daya tarik bagi konsumen pun berkurang.
Untuk menyiasatinya, kamu pun dapat memberikan promosi—misalnya berupa bonus produk tambahan (seperti masker dan hand sanitizer di musim pandemi) atau kupon diskon untuk kunjungan berikutnya.
3. Harga grosir
Tidak sedikit pelaku usaha menjual barang mereka dengan sistem grosir.
Tujuannya adalah agar barang cepat habis dan berpotensi menghindari kerugian akibat tidak laku.
Dibanding menjual produk secara eceran, tentunya keuntungan yang didapat lebih sedikit.
Namun kamu dapat menyiasatinya dengan memberi pilihan kepada konsumen untuk membeli barang secara satuan maupun jumlah besar—hanya saja harganya berbeda.
Misalnya, kamu menjual sehelai kaus dengan harga Rp40.000.
Namun jika konsumen membeli tiga helai sekaligus, mereka hanya perlu membayar Rp100.000.
Jadi jika dihitung-hitung, mereka hanya perlu membayar Rp33.500 per helai.
Konsumen berhemat, kamu pun masih tetap mendapatkan profit.
Sudah siap menentukan harga jual untuk usaha kamu?
Baca juga: 10 Produk Akesesoris HP yang Laku di Pasaran
Belum memutuskan mau usaha apa? Kamu bisa temukan inspirasi dan tips bisnis lainnya melalui situs #LokalSupportLokal, wadah berbagi dukungan untuk para pebisnis pemula.
Untuk bisa mengajukan pinjaman di KoinBisnis, usia usaha Anda harus minimal 2 tahun atau 6 bulan jika Anda memiliki toko online. Kami mohon maaf sebelumnya.
Setelah melakukan penilaian, kami mohon maaf untuk saat ini belum bisa menerima pengajuan pinjaman Anda. Hal ini dikarenakan, kami menemukan pengeluaran Anda ditambah dengan cicilan, lebih besar dibandingkan pendapatan.